Sabtu, 30 Oktober 2021

REFLEKSI MINGGU KE-2

1.1.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 2Pada hari pertama minggu ke-2 kami melakukan kegiatan pertemuan di ruang kolaborasi via Gmeet. Pada kegiatan ini kami berkomunikasi dengan fasilitator, admin dan peserta lainnya di kelas yang sama. Melalui kegiatan ini kami mendapatkan materi tentang Profil Pelajar Pancasila. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini kami diberi intruksi untuk berdiskusi secara berkelompok dalam mengembangkan sebuah kerangka pembelajaran sesuai dengan pemikiran KHD yang dapat diimplementasikan pada konteks lokal (budaya) daerah asal kami.
Pada kegiatan diskusi kami mengambil tema kultur budaya "maren" yang sesuai dengan profil pelajar pancasila yang bergotong royong. Adapun alasan kami mengambil profil ini oleh karena, di era 4.0 saat ini, sikap kegotong-royongan sudah mulai luntur dan pelan-pelan dilupakan oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat berdampak pada generasi bangsa khususnya peserta didik. Namun di daerah kami sikap gotong royong masih dipegang teguh sebagai salah satu nilai kultur budaya daerah dalam masyarakat Suku Kei. Sikap gotong royong ini dikenal dengan istilah maren. Oleh sebab itu, sebagai pendidik sudah seharusnya menuntun peserta didik di daerah kami agar tetap mempertahankan dan memupuk serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Agar tercapai kegiatan dengan baik kami melaksanakan diskusi di sekolah tempat saya mengajar karena dianggap tempat ini dapat mendukung kegiatan kami. Pada kegiatan diskusi ini kami belajar terkait platform sebagai media penyajian hasil diskusi. Kami juga belajar bagaimana berkolaborasi, bekerjasama menyatukan pendapat dll. Secara khusus saya belajar bahwa setiap manusia memiliki cara dan gaya belajar yang berbeda. Tidak perlu saling menegur salah apalagi melihat kekurangan tetapi bagaimana kita saling menggali potensi untuk menutupi kekurangan.
Harapan saya setelah mengikuti kegiatan ini agar dapat menjadi motivasi buat saya pribadi untuk lebih baik dalam karakter, ilmu maupun bermasyarakat. Semoga dikesempatan yang akan datang diskusi kami akan lebih teratur dan terarah lagi.
Demikianlah refleksi saya...

Ernawati, S.Pd
CGP AK 4 Kota Tual

Jumat, 29 Oktober 2021


 KONEKSI ANTAR MATERI - KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

                Potret pendidikan pada zaman kolonial terbatas hanya pada golongan bangsawan saja atau kelas tertentu. Pendidikan zaman Kolonial hanya diberikan pengajaran membaca, menulis dan berhitung seperlunya. Dan hanya mendidik orang-orang pembantu dalam mendukung Usaha Dagang mereka. Sehingga pada tahun 1854 beberapa bupati menginisiasi agar didirikan sekolah kabupaten untuk mendidik calon pegawai. Pada tahun yang sama lahirlah sekolah Bumiputera meskipun hanya mempunyai 3 kelas. Pada tahun 1908 berdiri organisasi Budi Utomo dan empat tahun kemudian lahir gerakan emansipasi wanita yang dipelopori oleh R.A kartini. Gerakan-gerakan nasional ini mendorong perubahan pendidikan secara radikal di Indonesia yang diprakarsai oleh tiga serangkai yaitu Ki hajar Dewantara, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Danudirja Setia Budi (Douwes Dekker).

              Lahirnya Taman Siswa pada tahun 1922 di Yogyakarta yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara merupakan gerbang emas kemerdekaan dan kebangsaan kebudayaan bangsa. Taman Siswa  hadir sebagai jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas menentukan nasib sendiri dalam berbagai aspek terutama di bidang pendidikan. Dengan kemerdekaan tercapai pemerataan pendidikan dasar hingga Perguruan Tinggi ke seluruh pelosok negeri. Hal tersebut merupakan tolak ukur atau dasar pengembangan pendidikan dan pengajaran Indonesia sampai saat ini. Atas gagasan Ki Hajar Dewantara, sistem pendidikan Indonesia pada zaman Kolonial yang cenderung tertutup dan terbatas membawa perubahan ke sistem yang terbuka, bebas dan merdeka belajar. Untuk menghormati jasa-jasanya tersebut, maka ditetapkanlah tanggal lahir beliau 2 Mei sebagai “Hari Pendidikan Nasional”.

                Menurut ki Hadjar Dewantara pendidikan dan pengajaran adalah usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak. Hidup dan tumbuhnya anak itu terletak diluar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri

                Pendidik diibaratkan seorang petani dan peserta didik sebagai padi. Seorang petani hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan sebagainya. Meskipun tanaman padi dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat-iradatnya padi. Misalnya ia tidak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti halnya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya.

                Bahkan anak yang sudah baik dasarnya juga masih memerlukan tuntunan. Selain untuk mendapatkan kecerdasan yang lebih tinggi dan luas juga agar dapat terlepas dari segala macam pengaruh jahat. Mengenai dasar jiwa yang dimiliki anak-anak, terdapat tiga aliran yang berhubungan dengan soal daya pendidikan, yaitu:

1.     Anak yang baru lahir diumpamakan seperti sehelai kertas yang belum ditulis, sehingga kaum pendidik boleh mengisi kertas yang kosong itu menurut kehendaknya

2.       Aliran negative, yang berpendapat bahwa anak itu lahir sebagai sehelai kertas yang sudah diiisi sepenuhnya, sehingga pendidikan dari siapapun tidak mungkin dapat merubah karakter anak. Pendidik hanya dapat mengawasi dan mengamati. Pendidikan hanya dapat menolak pengaruh-pengaruh dari luar, sedangkan budi pekerti yang tidak nampak ada dalam jiwa aak tak akan diwujudkan

3.       Aliran convergente-theoric mengajarkan bahwa, anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang ditulis penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram. Pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan yang berisi baik.

 

Ki Hadjar Dewantara berusaha membentuk sistem pendidikan di Indonesia berdasarkan pengembangan ide-ide Frobel dan Montessori. Dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara pendidikan dan pengajaran untuk anak-anak dan remaja seharusnya dibentuk berdasarkan keinginan dan potensi dari masing-masing siswa. Peran guru dan orang tua selanjutnya adalah memberikan dukungan dan tuntunan, sementara anak-anak harus diberikan kebebasan dan kemerdekaan berdasarkan keinginan mereka. Agar anak-anak dapat mencapai kemerdekaannya secara lahir batin dan tenaganya, KHD mengajarkan pendidik harus menyatu pada trilogi yaitu Ing Ngarso sung Tulado Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani dan tripusat, yaitu

·         Pendidikan alam keluarga (asah, asih dan asuh)

·         Pendidikan alam sekolah (ilmu untuk amaliah)

·         Pendidikan alam masyarakat (karang taruna, bakti sosial, pecinta alam dll)

Sistem Among yang diterapkan oleh KHD terinspirasi dari kasus KHD di Netherland, yang meninggalkan anaknya di teras rumah sendirian sehingga tanpa sadar anaknya keluar bermain salju hingga menyebabkan badannya biru dan dirawat di Rumah sakit. Dari kasus inilah muncul istilah “guru berhamba pada anak” beliau mengajarkan agar selayaknya kita memerdekaakn anak secara lahir maupun batin.

Berdasarkan konteks sosial budaya di sekolah tempat saya mengajar bahwa maren yang berarti saling membantu tanpa pamrih yang sesuai dengan filosofi pancasila menurut KHD yaitu bergotong royon ( kolaborasi, kepedulian dan berbagi). Sosial budaya harus betul-betul berkarakter Indonesia. Anak akan berkembang maksimal asal selaras dengan kemajuan kodrat alam (sifat, bentuk,isi dan wirama) dan kodrat zaman (era 4.0 menuju 5.0).

Setelah melakukan kegiatan ini ada banyak pengalaman yang saya dapatkan mulai dari komunitas belajar, mengerjakan LMS, hingga berbagai upaya menerapkan apa yang saya dapatkan di kelas. Saya yakin bahwa setiap murid memiliki minat dan bakat yang perlu dikembangkan dan diasah. Dan setelah mempelajari modul ini saya sedikit banyak mengetahui bagaimana memberikan kesempatan mewujudkan keinginan dan kebutuhan murid berdasarkan kodrat yang dimiliki anak. Sebelum memahami modul ini dalam kegiatan pembelajaran di kelas saya lebih berfokus pada anak yang memiliki akademik dan budi pekerti yang baik, sementara yang lainnya saya kurang berfokus. Dan setelah mempelajari modul ini juga saya menerapkan dalam kegiatan pembelajaran dimulai dari membuat kesepakatan kelas sehingga secara sadar anak tanpa ditegur sudah mengetahui aturan yang telah disepakati dengan sendirinya anak-anak menjadi lebih teratur dan semangat dalam belajar. Demikian juga pada kegiatan inti dalam pembelajaran anak-anak dituntut untuk berkolaborasi, bekerjasama dan saling berbagi sehingga anak-anak mulai menemukan cara belajarnya sendiri yang dapat memunculkan minat dan bakat masing-masing. Terkadang dalam satu hari mengajar tiga kelas sangat mengeluarkan energi. Setelah saya menerapkan pembelajaran yang berfokus pada anak, perlahan-lahan saya merasa nyaman dan mulai melihat keaktifan mereka dalam belajar bahkan yang sebelumnya tidak aktif sama sekali mulai terlibat aktif dalam pembelajaran, saya hanya menuntun dan mengawasi mereka ke arah yang lebih baik.

Hukuman fisik yang tidak sesuai

                Setelah mempelajari modul ini juga mindset saya berubah terutama pada peserta didik yang selama ini kurang aktif dalam pembelajaran. Saya mulai berfikir bahwa apa yang telah saya lalui ternyata kesalahan yang fatal seperti dengan hukuman fisik. Saya dapat belajar bahwa anak yang melakukan pelanggaran akan lebih baik jika dihadapi dengan pendekatan sosial emosional. Tidak perlu marah-marah atau menegur salah tetapi memperbaiki yang kurang pada anak agar mereka menemukan potensi minat dan bakatnya. Dan untuk selanjutnya saya akan menerapkan pembelajaran yang berpihak pada anak sesuai dengan ketentuan merdeka belajar. Saya akan menghindari teguran dengan tidak melihat kekurangan anak tetapi menggali potensi untuk menutupi kekurangan yang ada pada anak. saya akan menghindari hukuman fisik tetapi mendisiplinkan anak dengan teknik sosial emosional.

 

 

mengajar

Rabu, 27 Oktober 2021

Pemikiran KHD dalam Karya




                   Demonstrasi Kontekstual - Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam Karya

Selasa, 26 Oktober 2021

REFLEKSI TERBIMBING - PRESENTASI KERANGKA FILOSOFIS MERDEKA BELAJAR


 

Refleksi Terbimbing - Presentasi Kerangka Filosofis 'Merdeka Belajar' 

    Apa pengetahuan dan pengalaman baru yang saya dapat setelah mempelajari secara                    mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

Setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara saya mendapat pengetahuan baru berkaitan dengan potret pendidikan zaman kolonial hingga setelah merdeka. Pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang dapat merubah kehidupan pendidikan, sosial, budaya, dan politik bangsa. Dari aspek pendidikan, setiap orang mendapatkan kemerdekaannya dalam pengajaran, dalam kehidupan sosial menciptakan keselarasan dan keserasian, adanya persamaan hak dan kewajiban serta menghilangkan adanya perbedaan dalam status sosial antara priyai dan pribumi. Dalam kehidupan budaya seperti pemberian nama gelar kebangsawana ditiadakan. Dalam kehidupan politik seperti gelar kebangsawanan tidak lagi digunakan untuk menghilangkan hubungan feodalistik yang dilakukan oleh sistem pendidikan kolonial Belanda, dimana kelas Ningrat atau bangsawan dianggap lebih superior daripada pribumi.

Gagasan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yang menerapkan sistem Taman, Pamong dan Among adalah terinspirasi dari pemikiran Frobel dan Montessori.

Setelah melakukan kegiatan ini ada banyak pengalaman yang saya dapatkan mulai dari komunitas belajar, mengerjakan LMS, hingga berbagai upaya menerapkan apa yang saya dapatkan di kelas.

Apa kekuatan saya dalam menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini?

Saya mampu bekerjasama/berkolaborasi, mempunyai integritas dan mental yang kuat untuk beradaptasi dengan lingkungan pembelajaran. 

Apa hal-hal yang perlu saya ubah dari diri saya agar dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini?

     Hal-hal yang perlu saya ubah dari diri saya agar dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman         baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang selama ini saya lakukan. Selama ini saya hanya         berfokus pada capaian hasil berupa nilai tanpa memikirkan kebebasan murid untuk mencapai                 kemerdekaan belajar. Pada proses pembelajaran siswa tidak dipetakan sehingga saya lebih berfokus      pada siswa yang capaian belajarnya sesuai KKM. Melalui kegiatan ini saya mendapatkan                     pengetahuan bahwa setiap anak harus merdeka dalam belajar dan sebagi pendidik tentunya sangat         berperan dalam menuntun mereka agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-                tingginya.

       Apa perubahan konkrit yang akan saya lakukan setelah memahami pemikiran Ki Hadjar           Dewantara

    Perubahan konkrit yang akan saya lakukan setelah memahami pemikiran KHD, barangkali akan saya     mulai dari diri sendiri dengan mengubah cara pandang saya. Kemudian akan saya lukukan pada            kegiatan pembelajaran di kelas dengan menciptakan merdeka belajar pada anak sesuai dengan kodrat alam dan zaman yang dimiliki anak.

 Wa


profil pelajar Pancasila

Senin, 04 Oktober 2021

PELANTIKAN OSIS SMPN 4 TUAL

 

UPACARA BENDERA SENIN, 4 OKTOBER 2021
                                                                                           SEKALIGUS PELANTIKAN OSIS PD SMPN 4 TUAL













Minggu, 03 Oktober 2021

Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum mendaftar CGP

Sebelum mendaftar CGP hal-hal yang harus dipersiapkan adalah
1. Surat rekomendasi dari kepala Sekolah
2. Mengisi surat

KM - 7 Oktober 2024

KM ad KUR dg pembelajaran intrakurikuler yg beragam dimana konten akan lebih optimal agar PD memiliki cukup waktu u mendalami konsep dan men...