Senin, 20 Oktober 2025

Taksonomi SOLO

Dalam proses pembelajaran, guru perlu memahami sejauh mana murid mengerti materi yang diajarkan. Tidak cukup hanya menilai dari benar atau salah, tetapi juga bagaimana cara murid memahami dan menghubungkan konsep. 

Salah satu cara untuk melihat hal itu adalah dengan menggunakan Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcome).

Untuk mengetahuinya lebih rinci, mari disimak beberapa penjelasannya. ✨
---

📍Apa Itu Taksonomi SOLO?

Taksonomi SOLO adalah kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Biggs dan Collis untuk menilai tingkat pemahaman siswa dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Dengan taksonomi ini, guru dapat melihat perkembangan belajar siswa secara lebih detail dan membantu mereka naik ke tahap pemahaman yang lebih tinggi.

---

📍Lima Tingkatan Taksonomi SOLO

✅1. Pre-structural (belum memahami)
Pada tahap ini siswa belum mengerti materi. Jawaban mereka biasanya tidak relevan dengan pertanyaan yang diberikan.

Contoh: “Saya tidak tahu apa itu fotosintesis.”

✅2. Uni-structural (satu aspek saja)
Siswa baru memahami satu bagian dari konsep.

Contoh: “Fotosintesis adalah proses tumbuhan membuat makanan.”

✅3. Multi-structural (beberapa aspek terpisah)
Siswa tahu beberapa informasi, tetapi belum bisa menghubungkannya.

Contoh: “Fotosintesis terjadi di daun dan membutuhkan cahaya matahari, air, serta karbon dioksida.”

📍4. Relational (terhubung dengan baik)
Siswa sudah bisa mengaitkan informasi menjadi satu kesatuan yang utuh.

Contoh: “Fotosintesis adalah proses yang terjadi di daun untuk mengubah air dan karbon dioksida menjadi glukosa dengan bantuan cahaya matahari.”

✅5. Extended Abstract (abstrak dan luas)
Siswa mampu menerapkan konsep pada situasi baru atau berpikir secara lebih mendalam.

Contoh: “Proses fotosintesis penting untuk keseimbangan ekosistem karena menghasilkan oksigen bagi makhluk hidup lainnya.”

---

📍Bagaimana Mengimplementasikannya di Kelas?

✅1. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Guru menentukan tujuan sesuai tingkat pemahaman yang ingin dicapai siswa. Misalnya, apakah siswa hanya perlu mengenal konsep atau sudah mampu mengaitkan dan menerapkannya.

✅2. Menyusun Kegiatan Belajar Bertahap
Pembelajaran dirancang secara bertahap dari tingkat dasar hingga kompleks.
Awalnya siswa mengenal konsep, kemudian menghubungkan antar konsep, dan akhirnya menerapkan konsep dalam konteks baru.

✅3. Membuat Soal Berdasarkan Level SOLO
Soal-soal dapat disusun untuk mengukur pemahaman sesuai tingkatan SOLO.

Contoh:
_Uni-structural: “Sebutkan bahan yang dibutuhkan untuk fotosintesis.”

_Relational: “Jelaskan hubungan antara bahan dan hasil fotosintesis.”

_Extended Abstract: “Bagaimana perubahan iklim mempengaruhi proses fotosintesis?”

✅4. Memberikan Umpan Balik
Guru memberikan umpan balik yang membantu siswa mengetahui posisi pemahamannya dan bagaimana cara meningkat ke tingkat berikutnya.

---

📍Manfaat Taksonomi SOLO bagi Guru dan Siswa

🔎Guru dapat mengetahui kedalaman pemahaman siswa, bukan hanya hasil akhirnya.

 🔎Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa dilatih berpikir terstruktur dan kritis.

🔎Siswa belajar menghubungkan dan menerapkan konsep, bukan sekadar menghafal.

---

Implementasi taksonomi SOLO dalam pembelajaran membantu guru menilai hasil belajar secara lebih menyeluruh. Tidak hanya melihat jawaban benar atau salah, tetapi juga bagaimana siswa memahami, menghubungkan, dan menerapkan konsep.

Dengan pendekatan ini, pembelajaran di kelas menjadi lebih mendalam, bermakna, dan membantu siswa berkembang menjadi pembelajar yang mandiri.

#keluargaguru #infopendidikan #guruindonesia

Sabtu, 04 Oktober 2025

Hubungan Olah Hati, Olah Rasa, Olah Pikir, Olah Raga

Hubungan Olah Hati, Olah Rasa, Olah Pikir, dan Olah Raga dengan Pendekatan Pembelajaran Mendalam⁉️

1. Olah Hati (Spiritual & Moral)

* Makna: Menumbuhkan keikhlasan, kejujuran, empati, dan sikap tanggung jawab.

* Dalam Pembelajaran Mendalam: Membentuk karakter peserta didik agar tidak hanya mengejar pengetahuan, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai etika dan moral dalam setiap proses belajar.

2. Olah Rasa (Estetika & Empati)

* Makna: Mengasah kepekaan terhadap seni, budaya, serta rasa empati pada sesama.
* Dalam Pembelajaran Mendalam: Mendorong siswa untuk mampu merasakan, memahami, dan menghargai perspektif orang lain, sekaligus menumbuhkan kreativitas dan apresiasi terhadap keberagaman.

3. Olah Pikir (Kognitif & Intelektual)

* Makna: Melatih daya kritis, analitis, logis, dan kreatif dalam memecahkan masalah.

* Dalam Pembelajaran Mendalam: Menjadi inti dari proses belajar di mana peserta didik diajak tidak hanya menghafal, tetapi menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta sesuatu yang bermakna.

4. Olah Raga (Fisik & Kesehatan)

* Makna: Mengembangkan kesehatan jasmani, ketangguhan, dan disiplin.

* Dalam Pembelajaran Mendalam: Menyadarkan bahwa belajar juga membutuhkan kondisi fisik yang sehat dan kuat agar dapat berpikir jernih, aktif, dan produktif.

✅ Integrasi dalam Pendekatan Pembelajaran Mendalam

Keempat aspek ini saling melengkapi.

* Olah Hati → memberi arah moral.
* Olah Rasa → memberi sentuhan kemanusiaan dan kreativitas.
* Olah Pikir → memberi kekuatan intelektual.
* Olah Raga → memberi energi fisik untuk mendukung proses belajar.

Jika dipadukan, peserta didik tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter, sehat, peduli, dan siap menghadapi tantangan kehidupan nyata—itulah esensi Pembelajaran Mendalam.

#PembelajaranMendalam #gurusd #fyp

Minggu, 28 September 2025

Seni Bicara Singkat

Di era yang serba cepat dan penuh gangguan, perhatian manusia menjadi sumber daya yang sangat berharga. Kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan singkat namun mengena bukan lagi sekadar keterampilan yang diinginkan, melainkan sebuah keharusan. Bicara yang bertele-tele tidak hanya membuang waktu lawan bicara, tetapi juga berisiko mengaburkan inti pesan yang ingin disampaikan. Seni bicara singkat adalah tentang menghargai waktu dan kecerdasan pendengar Anda.

Berbicara dengan padat dan powerful bukan berarti menjadi dingin atau terburu-buru. Ini adalah proses penyaringan ide yang cermat, di mana kita membuang semua kata yang tidak perlu dan mempertahankan esensi murni dari pesan tersebut. Seperti seorang pematung yang membuang bagian marmer yang berlebihan untuk mengungkapkan patung indah di dalamnya, pembicara yang efektif menghilangkan kata-kata berlebih untuk mengungkapkan kebenaran inti.

1. Pahami Tujuan Utama Sebelum Bicara 

Sebelum mengucapkan sepatah kata pun, tanyakan pada diri sendiri: Apa satu hal yang paling penting untuk didengar oleh lawan bicara saya? Dengan memiliki kejelasan tentang tujuan inti ini, setiap kata yang Anda ucapkan akan secara alami mengarah pada sasaran tersebut. Ketidakjelasan dalam pikiran akan menghasilkan ketidakjelasan dalam ucapan.

2. Gunakan Struktur Piramida Terbalik 

Mulailah dengan kesimpulan atau poin utama terlebih dahulu, baru diikuti oleh penjelasan pendukung jika diperlukan. Pendekatan ini memastikan bahwa hal paling penting sudah tersampaikan, bahkan jika percakapan harus terputus. Lawan bicara langsung memahami arah pembicaraan sejak awal, yang membuat proses komunikasi menjadi lebih efisien.

3. Batasi Poin Utama Hanya Tiga atau Lebih Sedikit 

Pikiran manusia lebih mudah mengingat informasi yang dikelompokkan dalam jumlah kecil. Daripada menyajikan daftar panjang berisi tujuh atau delapan poin, pilih tiga poin terpenting yang benar-benar ingin Anda sampaikan. Fokus pada kualitas dampak, bukan kuantitas informasi.

4. Pilih Kata yang Kuat dan Spesifik 

Ganti kata-kata yang lemah dan ambigu dengan kata yang lebih tepat dan bermakna. Darikan mengatakan sesuatu yang cukup bagus, katakan memadai atau efektif. Hindari kata pengisi seperti mungkin, agak, atau hanya. Setiap kata harus membawa beban makna dan mendorong pesan ke depan.

5. Hilangkan Kalimat yang Berulang dan Redundan 

Banyak pembicara yang mengulangi ide yang sama dengan kata-kata berbeda karena takur tidak dipahami. Percayalah pada kekuatan penjelasan Anda yang pertama. Jika sebuah kalimat tidak menambah informasi baru atau memperkuat argumen, lebih baik dihilangkan. Ucapan yang ringkas justru menunjukkan keyakinan pada kualitas pesan.

6. Siapkan Pembukaan dan Penutupan yang Mengikat 

Meski singkat, pesan yang powerful membutuhkan bingkai yang jelas. Mulailah dengan kalimat pembuka yang langsung menarik perhatian dan akhiri dengan pernyataan penutup yang meninggalkan kesan kuat. Struktur ini memberi rasa lengkap pada pesan singkat Anda, membuatnya terasa utuh dan dipikirkan dengan matang.

7. Berlatihlah dengan Batasan Waktu 

Latihlah penyampaian ide-ide penting Anda dalam waktu yang sangat terbatas, misalnya tiga puluh detik atau satu menit. Batasan waktu memaksa Anda untuk memprioritaskan hal yang paling esensial dan menemukan cara paling efisien untuk menyampaikannya. Seiring waktu, kemampuan menyaring ide menjadi makin terasah.

melatih Berbicara

Grogi bukan tanda kamu tidak berbakat berbicara. Grogi adalah respons biologis tubuh yang bisa dilatih. Penelitian dari Harvard menunjukkan bahwa orang yang belajar mengubah rasa grogi menjadi energi antusias justru terdengar lebih meyakinkan saat berbicara. Menariknya, rasa deg-degan yang kamu rasakan mirip dengan sensasi ketika kamu bersemangat, hanya cara otakmu memaknainya yang berbeda.

Bayangkan momen ketika seorang teman diminta presentasi mendadak, suaranya gemetar, tangannya berkeringat, lalu ia lupa apa yang mau disampaikan. Kita semua pernah melihat atau bahkan mengalami itu. Padahal, kemampuan berbicara lancar bukan bakat bawaan, melainkan keterampilan yang bisa diasah dengan latihan mental dan teknik yang tepat.

1. Mengubah Rasa Grogi Menjadi Energi

Grogi tidak harus dihindari. Ia bisa diubah menjadi tenaga pendorong. Alih-alih memaksa diri untuk “tenang”, mulailah dengan menerima bahwa detak jantung cepat adalah bagian dari persiapan tubuh untuk performa terbaik.

Contoh nyatanya ada pada atlet sebelum bertanding. Mereka juga mengalami adrenalin, tetapi mereka menggunakannya untuk fokus, bukan untuk panik. Cobalah sebelum berbicara, tarik napas dalam, lalu katakan pada diri sendiri bahwa kamu sedang bersemangat, bukan takut. Otak akan mengubah persepsi dan membuatmu terasa lebih percaya diri.

Teknik sederhana ini jika dilakukan rutin bisa membuatmu semakin terbiasa. Konten eksklusif di LogikaFilsuf sering membahas cara ilmiah mengelola emosi seperti ini agar mental lebih siap di situasi publik.

2. Menguasai Materi Secara Mendalam

Rasa takut sering muncul karena ketidaksiapan. Jika kamu benar-benar menguasai apa yang akan disampaikan, otak tidak perlu bekerja keras mengingat kata demi kata. Kamu hanya fokus pada ide utama, sehingga pembawaanmu terasa lebih natural.

Ambil contoh seorang dosen yang mengajar mata kuliah yang ia kuasai. Meskipun tanpa slide, ia tetap bisa menjelaskan dengan lancar. Itu karena ia sudah punya peta mental yang jelas.

Kamu bisa membuat peta pikiran sederhana berisi kata kunci yang menjadi pemandu. Dengan begitu, kamu berbicara seperti sedang bercerita, bukan membaca naskah.

3. Mengatur Napas dan Ritme Bicara

Salah satu penyebab suara terdengar bergetar adalah napas yang pendek. Mengambil napas cepat karena panik membuat otot dada menegang dan suara jadi kecil. Dengan mengatur napas perlahan sebelum naik ke panggung, tubuhmu akan lebih rileks.

Kamu bisa mencoba teknik 4-4-4: tarik napas 4 detik, tahan 4 detik, buang perlahan 4 detik. Teknik ini menurunkan detak jantung dan membuatmu lebih siap.

Latihan ini sebaiknya dilakukan setiap hari, bukan hanya saat akan berbicara. Semakin terbiasa, semakin alami tubuh merespons tekanan.

4. Melatih Bahasa Tubuh yang Tegas

Bahasa tubuh adalah 50% dari komunikasi. Cara berdiri, ekspresi wajah, dan kontak mata memengaruhi cara orang menilai kamu. Postur yang tegap memberi sinyal percaya diri, bahkan jika dalam hati kamu masih cemas.

Lihat cara pembicara TED Talk berdiri. Mereka tidak kaku, tetapi juga tidak berlebihan. Gerakan tangan mendukung kalimat, bukan mengalihkan perhatian.

Kamu bisa berlatih di depan cermin untuk melihat ekspresi dan gesturmu sendiri. Semakin sering, semakin natural.

5. Berlatih dengan Simulasi Nyata

Berlatih sendirian memang membantu, tetapi latihan dengan audiens kecil jauh lebih efektif. Misalnya, presentasi di depan teman dekat lalu minta mereka memberi umpan balik.

Simulasi ini memberi pengalaman menghadapi tatapan orang lain tanpa tekanan besar. Secara bertahap, kamu bisa meningkatkan jumlah audiens hingga akhirnya terbiasa berbicara di ruangan besar.

Setiap kali selesai berbicara, evaluasi apa yang berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki. Proses ini akan mengasah keterampilanmu dengan cepat.

6. Menggunakan Cerita untuk Menghubungkan Audiens

Audiens lebih terhubung dengan cerita daripada angka. Memasukkan kisah personal atau contoh sehari-hari akan membuat perhatian mereka tertahan.

Bayangkan kamu menjelaskan data statistik tanpa cerita pendukung, audiens cepat bosan. Tetapi ketika kamu menyelipkan kisah pengalaman pribadi, mereka ikut merasa terlibat.

Cerita yang relevan juga membuatmu merasa lebih santai, karena kamu sedang membagikan pengalaman, bukan hanya menyampaikan teori.

7. Menerima Kesalahan dengan Elegan

Ketakutan terbesar saat berbicara adalah salah bicara. Padahal, audiens tidak mengharapkan kesempurnaan. Mereka menghargai kejujuran dan cara kamu menanggapi kesalahan.

Jika lupa satu poin, tarik napas, tersenyum, dan lanjutkan. Justru ini membuatmu terlihat manusiawi. Banyak pembicara hebat pernah salah, tetapi cara mereka menanganinya yang membuat audiens tetap menghargai.

Kamu bisa melatih diri dengan sengaja membuat kesalahan kecil saat latihan, lalu belajar menutupinya dengan santai.

Berbicara lancar tanpa grogi adalah keterampilan yang bisa dipelajari, bukan anugerah langka. Apa pengalaman paling canggung yang pernah kamu alami saat berbicara di depan umum? Tulis di komentar dan bagikan artikel ini agar lebih banyak orang belajar mengatasi grogi dengan cara yang sehat.

Meningkatkan Mutu Sekolah

*Meningkatkan Mutu Sekolah dengan 12 Tips*

Berikut adalah 12 tips untuk meningkatkan mutu sekolah:

1. *Lakukan Kunjungan Kelas Rutin*: Melakukan kunjungan kelas secara rutin untuk memantau proses belajar-mengajar dan memberikan umpan balik kepada guru.
2. *Apresiasi Pencapaian Kecil*: Memberikan apresiasi kepada guru dan siswa atas pencapaian kecil untuk meningkatkan motivasi dan semangat belajar.
3. *Sapa dan Kenali Setiap Guru*: Menyapa dan mengenali setiap guru untuk membangun hubungan yang baik dan meningkatkan kepuasan kerja.
4. *Bangun Budaya Kolaborasi*: Membangun budaya kolaborasi antara guru, siswa, dan staf sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kerja sama.
5. *Bangun Budaya Belajar Berkelanjutan*: Membangun budaya belajar berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru dan siswa.
6. *Jaga Kebersihan dan Keindahan Fisik Sekolah*: Menjaga kebersihan dan keindahan fisik sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif.
7. *Libatkan Guru dalam Proses Problem-Solving*: Melibatkan guru dalam proses problem-solving untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyelesaikan masalah dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
8. *Dukung Guru Mencoba Hal Baru*: Mendukung guru untuk mencoba hal-hal baru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru.
9. *Hindari Pilih Kasih*: Menghindari pilih kasih dalam memperlakukan guru dan siswa untuk menciptakan lingkungan sekolah yang adil dan kondusif.
10. *Selesaikan Isu Kecil Segera*: Menyelesaikan isu-isu kecil segera untuk mencegah masalah yang lebih besar dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
11. *Adakan Kegiatan Bersama*: Mengadakan kegiatan bersama antara guru, siswa, dan staf sekolah untuk meningkatkan kerja sama dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
12. *Terapkan Budaya Disiplin Waktu*: Menerapkan budaya disiplin waktu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru dan siswa dalam mengelola waktu.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan nyaman bagi guru dan siswa.

Senin, 07 Oktober 2024

KM - 7 Oktober 2024

KM ad KUR dg pembelajaran intrakurikuler yg beragam dimana konten akan lebih optimal agar PD memiliki cukup waktu u mendalami konsep dan menguatkan kompetensi

Tujuan KM
Mencapai profil pelajar pancasila 6 dimensi beriman dan bertakwa KPD TYME dan berakhlak mulia, berkebinnekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis

Karakteristik km
1. Pengembangan soft skill dan karakter melalui kegiatan p5 20-30 %. Fokus utamanya PD profil pelajar pancasila
2. Fokus PD materi yg esensial pembelajaran yg relevan dn mendalam, gr BX strategi siswa memperoleh  berkembang ssi dg kecepatannya msng2
3. Pembelajaran yang pleksibel JP disusun pertahun, menyusun pembelajaran sesuai dg kemampuan dn kecepatan siswa

Pemb inklusif ada
Implementasi KM
Selanjutnya tahap kemas



Sabtu, 24 Agustus 2024

Orientasi Mahasiswa Magister Fakultas Ilmu Pendidikan Dan Psikologi UNNES Th 2024-2025

materi orientasi mahasiswa
THN 2024 SDH dikeluarkan peraturan akademik diantaranya jumlah beban SKS dmn S2  lebih banyak dari tahun2 sebelumnya









Taksonomi SOLO

Dalam proses pembelajaran, guru perlu memahami sejauh mana murid mengerti materi yang diajarkan. Tidak cukup hanya menilai dari benar atau s...