2.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional
Oleh: Ernawati, S. Pd
CGP AK 4 Kota Tual
Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran sosial dan emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial emosional bertujuan untuk memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi), membuat keputusan yang bertanggungjawab (pengambilan keputusan yang bertanggungjawab).
Implementasi pembelajaran sosial emosional dapat dilakukan dengan empat cara:
- mengajarkan kompetensi sosial emosional secara spesifik dan eksplisit.
- mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid.
- mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid
- mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.
Pembelajaran Sosial Emosional Berbasis Kesadaran Penuh (mindfulnenss) dalam Mewujudkan Kesejahteraan Hidup (Well-Being).
Kesadaran penuh dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati. Dalam Mindfulnenss ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan. Dengan latihan berkesadaran penuh (Mindfulnenss) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, sebelum memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita berhenti, bernapas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, mengelola emosi yang muncul, hingga dapat membuat pilihan/mengambil keputusan yang lebih responsif, bukan reaktif.
Sedangkan Well-Being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Pembelajaran sosial dan emosional berbasis Kesadaran penuh yang dilakukan secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus dan eksplisit diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup (Well-Being) ekosistem sekolah.
Pembelajaran Sosial Emosional dan Materi Lainnya.
Pembelajaran sosial emosional erat hubungannya dengan peran guru dalam membuat keputusan melalui proses pertimbangan moral. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan ditengah masyarakat melalui murid-murid mereka. Dengan demikian guru patut mengembangkan lingkungan yang sifatnya fisik (ektrinsik) dan yang sifatnya psikis (intrinsik). Emosi adalah bagian utama dari lingkungan yang sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat dipengaruhi dan harus dipertimbangkan pengembangannya untuk guru. Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.
Sebagai seorang pendidik tentunya harus mampu memiliki dan menunjukkan profil yang berpancasila. Profil pelajar Pancasila adalah karakter yang diharapkan muncul pada segenap murid di Indonesia. Untuk membangun dan menumbuhkan karakter tersebut setiap guru menanamkan nilai-nilai dan pola pikir sebagai panutan atau pamong. Nilai-nilai ini bisa berkembang jika seorang guru mengaktifkan otak luhurnya agar bisa berfikir strategis dan kreatif dalam menjalankan perannya sebagai pendidik. Jika semua warga sekolah ikut berpartisipasi dan mendukung perubahan budaya sekolah, maka dengan mudah untuk mewujudkan visi sekolah.
Sekian dan Terimakasih
Semoga bermanfaat...
Calon Guru Penggerak,
Ernawati, S.Pd
CGP AK 4 Tual